14
Wisata Desa Belibak Dan Sejarah Pangeran Berunai

Wisata Desa Belibak Dan Sejarah Pangeran Berunai

Desa Belibak sebagai salah satu destinasi wisata di Kecamatan Palmatak, Kabupaten Kepulauan Anambas, tidak hanya dikenal dengan keindahannya. Desa yang dihuni sekitar 300 jiwa itu ternyata menyimpan cerita yang kini melegenda.

Bahkan, bukan hanya sekedar cerita rakyat, beberapa situs makam tua menjadi bukti sejarah bahwa Pulau Pangeran pantas menjadi destinasi wisata berskala internasional.

Menurut penuturan Kepala Desa Belibak, Marzuki, Pulau Belibak juga dikenal dengan nama Pulau Pangeran. Marzuki bercerita, konon pada pertengahan abad ke-17 Masehi, seorang Pangeran asal negeri Brunai Darrusalam, berlayar dari negerinya hendak menuju Johor Malaysia.

Sang Pangeran yang kemudian dikenal dengan nama Pangeran Merte itu, saat dalam perjalanan menuju Johor itu, kapal yang ditumpanginya dihantam gelombang tinggi sehingga berlindung di Pulau Belibak.

Zaman itu menurut cerita Marzuki, zaman dimana para lanun atau bajak laut menguasai wilayah Laut Cina Selatan termasuk Kepulauan Anambas.

Oleh Datuk Kaya Dewa Perkasa, yang berada di Gunung Kute, sebagai penguasa di wilayah Siantan dan sekitarnya, mengetahui keberadaan Pangeran Merte beserta pengikutnya tersebut.

Datuk Kaya Dewa Perkasa kemudian memerintahkan anak buahnya untuk menjemput perahu yang mendarat di Pulau Belibak.

Seluruh rombongan kemudian dibawa ke Gunung Kute guna menghadap sang penguasa wilayah. Namun, setelah rombongan kapal asal Brunai Darrusalam itu diinterogasi satu persatu oleh Datuk Kaya Dewa Perkasa ternyata terdapat seorang anak muda berwibawa.

Datok Kaya Dewa Perkasa pun menanyakan asal usul rombongan tersebut, dan Sang Pangeran Merte kemudian menjawab bahwa ia adalah Pangeran asal negeri Brunai Darusalam yang hendak ke Johor Baru guna memenuhi undangan saudaranya.

Karena gelombang dan badai yang kuat, kata Sang Pangeran, mereka pun terdampar dan berlindung di desa Belibak. Mendengar ucapan Sang Pangeran itu, Datuk Kaya Dewa Perkasa kemudian mengembalikan rombongan tersebut kembali ke Belibak. Namun, oleh Sang Penguasa Wilayah, Pangeran Merte tetap di Gunung Kute.

Baca Juga :  Serda Soni Fasla Laksanakan Komsos Dengan Masyarakat Belibak

“Jadi pangeran Merte itu tetap ditahan di Gunung Kute, namun pengikutnya yang lain dikembalikan ke Belibak,” ujar Marzuki.

Meski demikian, Datuk Kaya Dewa Perkasa memberikan izin kepada Pangeran untuk memantau pengikutnya sekali dalam sepekan selama dalam pengasingan di Belibak.

Lama kelamaan Pangeran Merte kemudian dinikahkan dengan anak Datok Kaya Dewa Perkasa yang bernama Putri Balousela. Usai pesta pernikahan, seluruh pemuka masyarakat termasuk dari Tarempa kala itu, kemudian diundang kembali oleh Datuk Kaya Dewa Perkasa, untuk diadakan rapat mencarikan kata sepakat wilayah mana yang akan diberikan kepada Pangeran Merte dan Istrinya Putri Balousela.

Dan dalam rapat itu, akhirnya mereka memilih Desa Balibak sebagai hadiah kepada mereka untuk dijadikan kota baru, alasannya karena saat berlindung pertama kali di Belibak ini.

Selanjutnya, pada masa itu, Pulau Belibak dijadikan sebagai lokasi tawanan Datuk Kaya Dewa Perkasa.

“Jadi kalau istilah yang kebanyakan itu tawanan tawanan pedagang-pedagang dari Cina dan dari manapun apabila perahu mereka lewat di laut kita ini, jikalau nampak dari Datok Kaya Dewa Perkasa dan anak anak buahnya tetap ditangkap dan ditahan di Belibak ini,” kata Marzuki.

Meski belum ditemukan hasil penelitian secara ilmiah tentang cerita tersebut, namun beberapa situs makam bertuliskan arab melayu menjadi bukti bahwa, lokasi tersebut menjadi lokasi kedatangan orang-orang luar.

“Hingga saat ini, nama Desa Belibak kerap juga disebut sebagai Pulau Pangeran,” ucap Marzuki.